Berbagai informasi yang semakin terbuka, mau tak mau, sampai ke telinga anak. Anak masa kini juga semakin cerdas dan kritis dengan pengalaman eksplorasi dirinya. Termasuk seputar tubuh dan seksualitas.
Sebagai orangtua, jangan mudah gusar saat anak mulai bertanya tentang payudara, penis, dan vagina. Lebih jauh lagi, jika anak mulai ingin tahu, apa itu melahirkan atau mulai membandingkan ukuran kelaminnya.
Psikolog Sani B Hermawan, Psi, menyebutkan tujuh sikap orangtua yang tepat untuk menjawab pertanyaan anak:
1. Luangkan waktu dan mulailah dialog
Bersikaplah aktif, jangan hanya menunggu. Sebagai orangtua, Anda perlu berinisiatif membangun dialog dengan anak, dengan memberikan pemahaman seks sesuai kebutuhan dan tahapan anak (lihat tahapan edukasi seks). Luangkan waktu bersama pasangan untuk membangun dialog dengan anak.
“Jangan hanya menunggu anak bertanya kepada Anda, nanti terlambat, anak sudah telanjur merajalela mencari informasi dari luar yang belum tentu benar,” tutur Sani dalam media workshop di Annex Building, Wisma Nusantara Complex, Jakarta.
2. Terbuka dan informatif
Orangtua perlu lebih terbuka kepada anak-anak dalam mentransfer informasi. Terkait seputar seksualitas, orangtua perlu memberikan pemahaman sikap yang dibolehkan dan yang tidak. Tumbuhkan rasa malu dalam diri anak, kata Sani. Misalnya, keluar dari kamar mandi tidak boleh telanjang, tetapi harus menutupi tubuhnya. Dengan cara ini anak bisa belajar bersikap dan membedakan sikap baik dan buruk seputar tubuhnya.
3. Lengkapi dengan materi
Bekali diri dengan membaca berbagai referensi. Sempatkan waktu bersama pasangan untuk berdialog dengan para pakar. Sebagai orangtua dalam era pola asuh modern, Anda perlu membekali diri dengan berbagai informasi yang benar. Termasuk cara menyampaikan yang tepat kepada anak, misalnya tidak menggunakan bahasa kiasan, tetapi istilah ilmiah.
4. Gunakan alat bantu
Komunikasi lebih efektif jika menggunakan media atau alat bantu. Jika membutuhkan visualisasi, temukan gambar yang tepat untuk menjelaskan maksud Anda. Alat peraga seputar tubuh yang bersifat edukasi juga bisa membantu Anda.
5. Menambah wawasan
Jangan pernah bosan belajar menjadi orangtua, dengan menggunakan berbagai jaringan dan kesempatan bertemu para pakar. Berinvestasi untuk masa depan anak lebih baik bukan? Anda bisa mencari informasi berbagai kegiatan parenting, seperti seminar, talkshow, atau workshop. Beberapa mungkin memerlukan sejumlah biaya, tetapi tak sedikit pula kegiatan edukasi untuk orangtua yang disediakan gratis, asalkan Anda dan pasangan cukup jeli dan teliti memantau perkembangan.
6. Tanamkan bahwa edukasi seks penting
Pemahaman orangtua tentang pentingnya edukasi seks tak seragam. Seks masih saja menjadi pembicaraan tabu yang dihindari. Padahal, dengan menanamkan kesadaran bahwa edukasi seks memegang peranan penting bagi tumbuh kembang anak, keluarga akan terhindar dari realitas sosial yang mengkhawatirkan. Pelecehan seksual atau hamil di luar nikah, misalnya.
7. Diskusi dengan ahli
Pakar yang memiliki spesialisasi seputar seksualitas, termasuk psikolog, membuka ruang konsultasi bagi orangtua. Tak sedikit psikolog seksual yang memang menaruh perhatian besar dengan masalah seksualitas. Konsultasikan masalah keluarga, terkait seksualitas, kepada ahlinya. Dengan demikian, Anda mendapatkan informasi yang tepat dan valid, baik dari segi kesehatan fisik maupun psikis.
sumber: kompas.com, Editor: din
Sebagai orangtua, jangan mudah gusar saat anak mulai bertanya tentang payudara, penis, dan vagina. Lebih jauh lagi, jika anak mulai ingin tahu, apa itu melahirkan atau mulai membandingkan ukuran kelaminnya.
Psikolog Sani B Hermawan, Psi, menyebutkan tujuh sikap orangtua yang tepat untuk menjawab pertanyaan anak:
1. Luangkan waktu dan mulailah dialog
Bersikaplah aktif, jangan hanya menunggu. Sebagai orangtua, Anda perlu berinisiatif membangun dialog dengan anak, dengan memberikan pemahaman seks sesuai kebutuhan dan tahapan anak (lihat tahapan edukasi seks). Luangkan waktu bersama pasangan untuk membangun dialog dengan anak.
“Jangan hanya menunggu anak bertanya kepada Anda, nanti terlambat, anak sudah telanjur merajalela mencari informasi dari luar yang belum tentu benar,” tutur Sani dalam media workshop di Annex Building, Wisma Nusantara Complex, Jakarta.
2. Terbuka dan informatif
Orangtua perlu lebih terbuka kepada anak-anak dalam mentransfer informasi. Terkait seputar seksualitas, orangtua perlu memberikan pemahaman sikap yang dibolehkan dan yang tidak. Tumbuhkan rasa malu dalam diri anak, kata Sani. Misalnya, keluar dari kamar mandi tidak boleh telanjang, tetapi harus menutupi tubuhnya. Dengan cara ini anak bisa belajar bersikap dan membedakan sikap baik dan buruk seputar tubuhnya.
3. Lengkapi dengan materi
Bekali diri dengan membaca berbagai referensi. Sempatkan waktu bersama pasangan untuk berdialog dengan para pakar. Sebagai orangtua dalam era pola asuh modern, Anda perlu membekali diri dengan berbagai informasi yang benar. Termasuk cara menyampaikan yang tepat kepada anak, misalnya tidak menggunakan bahasa kiasan, tetapi istilah ilmiah.
4. Gunakan alat bantu
Komunikasi lebih efektif jika menggunakan media atau alat bantu. Jika membutuhkan visualisasi, temukan gambar yang tepat untuk menjelaskan maksud Anda. Alat peraga seputar tubuh yang bersifat edukasi juga bisa membantu Anda.
5. Menambah wawasan
Jangan pernah bosan belajar menjadi orangtua, dengan menggunakan berbagai jaringan dan kesempatan bertemu para pakar. Berinvestasi untuk masa depan anak lebih baik bukan? Anda bisa mencari informasi berbagai kegiatan parenting, seperti seminar, talkshow, atau workshop. Beberapa mungkin memerlukan sejumlah biaya, tetapi tak sedikit pula kegiatan edukasi untuk orangtua yang disediakan gratis, asalkan Anda dan pasangan cukup jeli dan teliti memantau perkembangan.
6. Tanamkan bahwa edukasi seks penting
Pemahaman orangtua tentang pentingnya edukasi seks tak seragam. Seks masih saja menjadi pembicaraan tabu yang dihindari. Padahal, dengan menanamkan kesadaran bahwa edukasi seks memegang peranan penting bagi tumbuh kembang anak, keluarga akan terhindar dari realitas sosial yang mengkhawatirkan. Pelecehan seksual atau hamil di luar nikah, misalnya.
7. Diskusi dengan ahli
Pakar yang memiliki spesialisasi seputar seksualitas, termasuk psikolog, membuka ruang konsultasi bagi orangtua. Tak sedikit psikolog seksual yang memang menaruh perhatian besar dengan masalah seksualitas. Konsultasikan masalah keluarga, terkait seksualitas, kepada ahlinya. Dengan demikian, Anda mendapatkan informasi yang tepat dan valid, baik dari segi kesehatan fisik maupun psikis.
sumber: kompas.com, Editor: din
Tidak ada komentar:
Posting Komentar